April 04, 2009

Pahlawan Perikanan Darat Indonesia


Setiap kali memperingati hari kemerdekaan, kita teringat para pahlawan bangsa ini yang telah berjasa memperjuangkan sekaligus mempertahankan kemerdekaan. Namun, ada pahlawan-pahlawan lain yang sering terlupakan, padahal jasa mereka juga cukup besar. Pahlawan adalah seseorang yang berjasa bagi negara, karena perbuatannya tanpa pamrih namun bermanfaat bagi orang banyak secara turun-temurun baik berskala nasional maupun internasional.

Anda pernah makan ikan Mujair?. Bagi yang pernah memakannya tentu akan merasakan kelezatan dan aroma nikmat yang sangat menggoda selera. Apalagi kalau ikannya dibakar lalu dimakan dengan lalapan plus sambal. Tapi, pernahkah terlintas dalam pikiran kita, ternyata ikan yang kita santap itu adalah hasil temuan, Mbah Mudjair.

Mudjair adalah seorang peternak ikan dari desa Papungan Blitar jawa Timur. Ia lahir pada tahun 1890 dan meninggal tahun 1957. Pada tahun 1936, beliau menemukan jenis ikan yang kemudian dikenal dengan nama ikan mujair. Namun, sangat jarang yang tahu, kalau nama ikan itu sebenarnya adalah nama dari penemunya. Sekarang di mana-mana kita dapat menyantap ikan mujair, baik yang kecil maupun yang besar.

Keunikan Penemuan Ikan Mujair

Ikan mujair berasal dari perairan Afrika dan pertama kali ditemukan di Indonesia oleh Bapak Mu­djair putra pasangan Bapak Bayan Isman dan Ibu Rubiyah. Ikan itu beliau temukan di muara sungai Serang, pantai selatan Kota Blitar, Jawa Timur pada ta­hun 1936an. Memang, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar itu masih menjadi misteri.

Ikan itu asalnya ikan laut, namun Mbah Mudjair kemudian melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa ikan laut ini bisa hidup di air tawar. Beliau pun melakukan riset berulang kali sampai sekitar 11 kali. Beliau mengambil ikan laut di muara sungai Serang lalu disimpan di dalam kolam air tawar. Ya namanya ikan laut, banyak yang tidak tahan hidup di air tawar. Tapi, Mbah Mudjair tidak putus asa dan patah semangat, apabila gagal, beliau terus mencoba lagi. Walhasil, beliau pun harus bolak-balik pergi ke laut pantai selatan untuk mengambil benih ikan di muara sungai itu.

Padahal jaraknya 35 km dan jalur yang dilaluinya sangat berat dan penuh tantangan. Beliau melalui medan berupa hutan belantara yang terjal dan naik turun gunung. Selain itu, beliau juga harus memikul gentong lemah (tempat air yang terbuat dari tanah liat) yang berisi ikan tersebut selama dua hari dua malam, ungkap mbah Munir putra ke lima Mbah Mudjair yang kini masih terlihat akas meskipun usianya sudah tergolong lanjut (73 tahun).

Dengan ketekunan dan kesabaran Mbah Mudjahir, “akhirnya uji cobanya itu berhasil juga, pada percobaannya yang ke sebelas kalinya ada 4 ekor yang berhasil bertahan hidup” terang Mbah Munir menambahkan.

Dari empat ekor ikan yang belum diketahui jenis kelaminnya inilah akhirnya terus berkembang biak dengan cepatnya. Karena Itulah, lelaki yang waktu itu menjabat sebagai petugas jogoboyo desa Papungan ini, merasa lega karena kerja kerasnya menuaikan hasil. Kemudian ikan hasil risetnya itu, diberikan kepada para tetangga dan kerabat dekatnya. Mereka dipersilakan mengembangbiakkannya sendiri. Selain diberikan cuma-cuma, ikan itu pun dijual ke masyarakat umum. Dan sangking cepatnya pertumbuhan ikan tersebut, lama-lama kelamaan ikan hasil temuan Mbah Mudjair ini semakin populer di masyarakat bahkan sampai ke daerah-daerah lain.

Berita temuan ikan ini akhirnya sampai kepada seorang Asisten Resident dari kota Kediri yang ternyata adalah seorang ilmuwan yang memiliki koleksi buku-buku ensiklopedia perikanan. Setelah ikan tersebut diteliti dan diamati dengan cermat lalu dicocokkan dengan buku ensiklopedia perikanan, Asisten Resident itu pun berkesimpulan bahwa ikan tersebut adalah spesies ikan laut yang terdapat di perairan laut Afrika.

Nah, rupanya sang ilmuwan itu keheranan, kenapa ikan laut kok berada di perairan tawar di Indonesia. Lalu, ketemulah sang asisten resident tersebut dengan Mbah Mudjair yang telah menemukan dan memprakarsai pengembangbiakan ikan tersebut. Untuk menghargai penemuan Mbah Mujair yang sangat berharga ini, Asisten Resident memberikan nama ikan terbaru tersebut dengan nama ikan mudjair.

Dari hasil temuannya ini, Mbah Mudjair pun mendapat sejumlah penghargaan, baik dari dalam mau­pun luar negeri. Di antaranya Piagam Nelayan Pelopor dari Departemen Perikanan Darat dan Laut RI pada tanggal 6 April 1965 tertanda Menteri Perika­nan Hamzah Atmohandoyo. Penghargaan dari Comitee Eksekutif Indo Phasifik Fisheries Council tanggal 30 juni 1954 serta pemberian nama untuk jalan menuju ke pemakaman beliau.

Tetapi sayangnya, jejak sejarah tentang asal muasal Mbah Mudjair serta temuannya, ikan Mujair sangat minim. Jangankan arsip-arsip fotonya, keberadaan data-data tertulis saja sudah tidak dapat diketemukan.

Menurut keterangan dari putranya, beliau tak menginginkan penghargaan dari pemerintah. Beliau waktu itu hanya berkeinginan agar bisa mendapatkan tambahan penghasilan untuk menghidupi anak dan istrinya. (*)

Keistimewaan Ikan Mujair

- Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam/salinit as. Walaupun berasal dari laut tapi dapat hidup di air tawar, baik yang bening ataupun keruh, mengalir atau tenang.

- Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Anaknya cukup banyak, sekali beranak jumlahnya bisa ratusan.

- Sang induk memelihara anaknya sampai mampu mencari makan sendiri dengan cara menyedot anak-anaknya ke mulut jika ada bahaya dan mengeluarkannya jika aman.

- Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair ini adalah 40 cm. Sirip punggungnya (dorsal) memiliki 15-17 duri (tajam) dan 10-13 jari-jari (duri berujung lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari.

- Menurut penelitian ahli gizi, kadar protein daging ikan mujair cukup tinggi.

- Harganya di pasaran cukup terjangkau masyarakat menengah ke bawah bahkan dapat dipancing atau dijaring sendiri.

Adapun jenis ikan mujair yang dikenal antara lain adalah mujair biasa, mujair merah (mujarah) atau jamerah dan mujair albino. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis mossambicus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Mozam bique tilapia, atau kadang-kadang secara tidak tepat disebut "Java tilapia".

Sumber : http://dalilskripsi.com/content/view/12/7/

Label:

| More